Dari contoh kasus tersebut, pelajaran yang kita petik untuk menjaga kelangsungan berbangsa dan bernegara jangan sampai terjadi diktator mayoritas ataupun tirani minoritas. Yang besar, banyak menindas dan yang kecil merongrong. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk/ plural.
Dalam tiga pekan terakhir kebersamaan dan kerukunan masyarakat kota Bitung diganggu dengan teror yang hingga saat ini belum dapat ditemukan oleh aparat Kepolisian. Yakni sekelompok orang yang meletakkan usus dan kepala babi di atas lahan yang akan dibangun masjid, di Perumahan Rizki, Kelurahan Girian Permai.
Karena polisi belum mampu menemukan pelaku teror, akhirnya terjadilah insiden bentrokan malam takbir. Dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pemukulan, terhadap orang yang mengganggu takbiran. Polisi masih mendalami para pengganggu malam takbir untuk ditetapkan sebagai tersangka, karena mengganggu ketertiban umum.
Kita semua masih menunggu bagaimana Polisi menyelesaikan kasus tersebut. kita berharap polisi tegas dalam menyelesaikan kasus ini, karena kasus intoleransi akan berlanjut serta akan memicu konflik yang lebih besar, jika dibiarkan berlarut-larut.
Harapan kita bersama sebagai warga kota Bitung, pluralisme yang selalu kita jaga jangan sampai ternodai oleh sejumlah orang yang tak bertanggung jawab. Kita semua merindukan, saat natal sejumlah remaja masjid ikut mengawal sejumlah gereja, Demikian juga saat Idul fitri, Pemuda Gereja menjaga kekhusuan umat muslim beribadah.